Padang rimba pencakar biru,
Merenggut sinaran dari pagi,
Aku memilih berlari,
Bertukar nafas dengan peluh,
Canangkan strategi pada setiap mimpi,
Mengejar kilau syarikat dan reputasi
Tersujud di sudut pintu berpilar,
Lelaki kecil berjubah kumal,
Mengulur jemari menanti hujan perak,
Hendak meretas iba insan yang penuh semangat
Ragam hidup wilayah niaga..
Mesin beradu deru membunuh sunyi..
Wajah tergesa tak bersuara..
Mata liar menyusur mangsa..
Berseragamnya kearoganan yang seragam..
Sebentar aku berhenti,
Nikmati seteguk aroma zona sentral..
Dimana tradisi bertanding dengan teknologi,
Megah semakin sibuk mengikis marjinal,
Memancing di air keruh pun tak lagi umpama..
Siapa sama dengan aku ?
Masih berlari dan berpeluh,
Bercanang strategi pada tiap mimpi,
Berbenteng rimba pencakar biru
-Maja 24022017-
Ini adalah kumpulan puisi-puisi hasil karya saya, yang sebagian besar saya produksi berdasarkan pengalaman saya pribadi dan juga teman, hehe.. Silahkan menyampaikan kritik dan saran di kolom komentar :) Share jika berkenan
24 February 2017
12 February 2017
Buai Benci
Satu masa teralih tanpa duga,
tempayan menjadi wadah dendam,
kata benci dan caci sukses ditata,
teman hanya siapa yang sepaham..
tempayan menjadi wadah dendam,
kata benci dan caci sukses ditata,
teman hanya siapa yang sepaham..
Siapa sibuk menyalak tuan ?
siapa hendak menggigit dalam nyata ?
tidak tuan..
mereka hanya melontar lidah,
siapa hendak menggigit dalam nyata ?
tidak tuan..
mereka hanya melontar lidah,
Pedang dua mata terasah,
wajah-wajah muak penuhi ranah,
menjelma jadi bualan berisi maki,
lalai pun dalam buai puji..
Bergerombol hakim dan jaksa dalam maya,
menyapa terdakwa tanpa dalil,
menata mantra sulut kembali padamnya bara,
sibukkan diri agar umpat tak jadi batil..
Tuan..
Mari berhenti sebelum puji berbalik pada caci,
Puan..
Gelap tangan taklah membantu kondisi..
Membuai benci pada celah hati,
menghukum manusia masuk neraka,
melaknat tersematnya setiap puji,
begitukah yang tuan dan puan pinta ?
Oh tuan..
Oh puan..
mari duduk sini..
kita berpura dengar tapi tak pernah faham..
lafadz demi lafadz hanya demi menyakiti..
Ini koreksi untukmu, tuan dan puan..
Tak usah sibukkan diri mencari cela.
Subscribe to:
Posts (Atom)